Suku Ainu Jepang: Penduduk Asli Yang Terdiskriminasi

Suku Ainu Penduduk Asli Jepang

Suku Ainu Jepang: Penduduk Asli yang Terdiskriminasi – Jepang memiliki suku asli yang telah tinggal di negara tersebut selama ribuan tahun.

Suku bernama Ainu itu mengasingkan diri dari peradaban, padahal mereka adalah penduduk asli negara Matahari Terbit itu. Mereka tinggal jauh di dalam hutan di Kepulauan Kuril dan daerah Sakhalin, Hokkaido.

Alasan mereka mengasingkan diri ke hutan-hutan pedalaman lantaran mendapatkan diskriminasi dari penduduk lainnya.

Selama berabad-abad mereka mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan malah menjadi orang asing di tanah mereka sendiri. Mereka bahkan menutupi identitas ketika bertemu orang asing.


Pengakuan Jepang dan Rusia

Keberadaan mereka baru diakui secara resmi sebagai penduduk asli oleh pemerintah Jepang pada 2008. Hal ini semakin mempertegas jika diskriminasi itu memang ada.

Jumlah penduduk suku Ainu pada 2017 dilaporkan berjumlah sekitar 150 ribu jiwa. Jumlah itu hanya angka yang terdata, kemungkinan jumlah penduduknya lebih dari angka tersebut, sebab masih banyak yang memilih hidup bersembunyi di hutan.

Baca Juga: Benarkah Area 51 Tempat Riset Para Alien? Yuk, Kita Cari Tahu!

Nama suku Ainu berasal dari kata “Aynu” yang memiliki arti “Manusia”. Sebelum mendapat pengakuan resmi, pada 1989 pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang tentang kehidupan suku Ainu.

UU itu memaksa suku Ainu untuk berasimilasi dengan warga Jepang lainnya, yang mayoritas dari suku Yamato. Mereka bahkan disebut sebagai “bekas pribumi”.

Pengakuan Pemerintahan Jepang Kepada Suku Ainu
Gambar: Nippon

Tak hanya pemerintah Jepang, pemerintah Rusia juga turut andil terhadap perkembangan kehidupan suku Ainu.

Sesuai hasil perjanjian Saint Petersburg tahun 1875, terjadi pertukaran sebagian wilayah utara kekaisaran Jepang dengan pemerintah Rusia. Imbasnya, sebanyak 83 penduduk Ainu tunduk pada pemerintahan Rusia.

Pada 18 September 1877, mereka kemudian pindah ke daerah Petropavlovsk-Kamchatsky, wilayah negara Rusia.

Kemudian pada bulan Maret 1881, terjadi perpindahan penduduk lagi. Mereka berpindah ke daerah Yavin, setelah sebelumnya menolak untuk dipindahkan pemerintah Rusia ke Kepulauan Commander. Mereka berjalan kaki selama kurang lebih 4 bulan, dari Petropavlovsk ke Yavin.

Di Yavin, mereka menetap dan berkembang hingga membangun sebuah desa di daerah Golygino.

Sayangnya karena dalam masa perang, desa mereka kemudian dibongkar dan mereka dipaksa pindah ke daerah dengan kekuasaan penuh Rusia, yakni di Distrik Ust-Bolsheretsky yang berada di sekitar kawasan Zaporozhye.

Di wilayah baru itu mereka membaur dengan penduduk setempat, dan menghasilkan masyarakat baru bernama Kamchadal. Namun mereka masih tidak lepas dari ketidak adilan.

Di bawah pemerintahan K. Omelchenko, sejarah kebudayaan yang dimiliki suku Ainu mulai dihilangkan. Media massa dan peneliti dilarang untuk menyebarluaskan informasi apapun tentang suku Ainu.

Namun dua dekade kemudian, larangan itu dicabut. Meski demikian sejumlah sejarah Ainu terlanjur banyak yang hilang.

Asal Usul Masyarakat Suku Ainu

Desa Suku Ainu di Assan National Park Hokkaido
Gambar: Dissolve

Sedikit informasi yang bisa didapatkan tentang asal-usul suku Ainu ini. Dari penelitian yang dilakukan para ahli sejarah, Suku Ainu merupakan pribumi Jepang dari periode Jomon (Jomon-Jin).

Baca Juga: Tol Cipularang, Kecelakaan Maut dan Kisah Mistis Di Baliknya

Periode Jomon sendiri adalah zaman prasejarah Jepang bersamaan dengan zaman Batu Baru, di mana manusia zaman itu sudah mulai mempergunakan tembikar.

Meski sudah ada sejak zaman tersebut, bahasa Suku Ainu diketahui tidak terikat dengan bahasa manapun di dunia.

Kebudayaan dan juga praktik keagamaan mereka jauh berbeda dengan penduduk Jepang saat ini, dan hal itu bertahan selama ribuan tahun.

Namun demikian, suku Ainu tetap mempelajari bahasa dan budaya Jepang yang ada, agar mereka bisa berbaur dengan masyarakat umum.

Kebudayaan yang dimiliki suku Ainu diklaim berasal dari 1200 sebelum masehi. Lebih lanjut, peneliti menyebut budaya mereka merupakan percampuran antara kebudayaan Okhotsk dan Satsumon.

Kehidupan sehari-hari suku Ainu dilakukan dengan cara berburu dan bercocok tanam. Mereka berburu hewan, terutama menangkap ikan di sungai serta juga mengumpulkan buah-buahan dan tanaman.

Dari segi fisik juga mereka sangat berbeda jauh dengan penduduk Jepang. Mereka memiliki ciri fisik seperti kulit yang lebih pucat daripada warga Jepang umumnya, dengan warna mata biru dan ada yang coklat.

Warna rambut mereka kebanyakan berwarna pirang atau merah, dengan bentuk keriting serta tebal.

Banyak peneliti mengatakan bahwa mereka adalah keturunan ras kaukasus. Namun dari hasil uji DNA mereka malah tergolong dalam ras golongan Haplo-YD.

Golongan ini lazimnya ditemukan pada populasi manusia di daerah Tibet dan juga Kepulauan Andaman.

Berbagai penelitian itu, juga memunculkan teori jika suku Ainu merupakan penghuni awal penduduk Amerika bagian Utara. Namun teori ini tidak begitu kuat, dan banyak pihak yang membantah.

Pemicu Konflik dengan Masyarakat Mayoritas

Pemicu Konflik Suku Ainu Dengan Mayoritas Penduduk Jepang
Gambar: CNN

Bentuk fisik dan juga kebudayaan yang berbeda terlalu mencolok. dengan mayoritas penduduk Jepang yang berasal dari suku Yamato, menjadi salah satu alasan diskriminasi itu ada.

Baca Juga: Kisah Margot Wolk, Pencicip Makanan Hitler yang Jarang Diketahui

Ketidakadilan ini membuat masyarakat suku Ainu mengalah dan semakin terdesak memilih berpindah ke bagian utara Jepang.

Masalah perbedaan akibat bentuk fisik ini menjadi masalah klasik di setiap negara, seperti halnya di Indonesia.

Di Indonesia sendiri contohnya seperti kasus Papua, yang seringkali terjadi bentrok karena masalah diskriminasi, hingga menginginkan untuk merdeka.

Penyebab itu rupanya tidak hanya berasal dari dalam negeri, pengaruh luar negeri juga berimbas pada diskriminasi di Jepang.

Tahun 1899 terjadi peristiwa “Perang Amerika – Indian”, peperangan antara tentara koloni Eropa dengan suku Indian, penduduk asli benua Amerika. Tanah milik suku Indian dirampas dan juga mereka dilarang menggunakan bahasa mereka.

Jepang mengadopsi politik negara-negara koloni itu. Di bawah pemerintahan restorasi Meiji, suku Ainu diperlakukan sangat tidak adil.

Hal inilah memicu konflik suku Ainu dengan pemerintah Jepang dan juga masyarakat mayoritas.

Terdesak dari berbagai permasalahan budaya hingga kebutuhan hidup, suku Ainu memilih untuk mengasingkan diri.


Sumber : Nat Geo, Wikipedia

Artikel Lainnya: