5 Kecelakaan Kereta Api Indonesia Paling Dahsyat – Tanggal 19 Oktober 1987 menjadi salah satu titik kelam dalam sejarah perkereta apian di Indonesia. Terjadi kecelakaan kereta api maut yang menewaskan 156 orang dan membuat 300 penumpang lainnya mengalami luka ringan maupun berat.
Kecelakaan yang kemudian mendapat julukan Tragedi Bintaro, menjadi yang paling parah di Indonesia bahkan hingga menjadi pemberitaan dunia.
Kecelakaan ini melibatkan 2 kereta api yang tempat kejadiannya berada di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Kereta api dari Stasiun Kebayoran terlibat tabrakan adu banteng dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Sudimara.
Dari hasil penyelidikan, diketahui kejadian ini disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Petugas di Stasiun Sudimara memberikan sinyal aman memberangkatkan kereta, padahal jalur rel saat itu masih digunakan oleh kereta api KA 220.
Baca Juga: Sejarah Halloween: Budaya Bangsa Pagan Hingga Peristiwa Pemberontakan
Tragedi Bintaro bukanlah satu-satunya kejadian kecelakaan kereta api yang begitu menyita perhatian publik. Diketahui ada sejumlah kecelakaan kereta api maut yang terjadi selama beberapa dekade terakhir. Berikut ini daftarnya.
5 Kecelakaan Kereta Api Indonesia Paling Dahsyat
1. Kecelakaan Kereta Api Padangpanjang

Kecelakaan kereta api yang terjadi di Singgalang Kariang, yang saat ini menjadi rest area Lembah Anai, menjadi kecelakaan kereta api pertama yang terjadi di Indonesia.
Kecelakaan itu terjadi pada tahun 1944, di masa pendudukan Jepang. Kecelakaan itu terjadi pada 25 Desember 1944 dan 3 bulan berikutnya kembali terjadi kecelakaan di tempat yang sama.
Tidak diketahui bagaimana kronologi kejadian saat kecelakaan, namun yang pasti kecelakaan itu merenggut ratusan nyawa. Bahkan sampai dibuatkan kuburan massal, karena kondisi jenazah yang tidak dikenali karena sudah hancur.
Di tempat tersebut dibuatkan sebuah monumen berbentuk lokomotif kereta, untuk mengenang peristiwa tersebut. Konon tempat itu kini menjadi salah satu tempat angker.
2. Kecelakaan Kereta Ratu Jaya 1993

Tanggal 2 November 1993, sekira pukul 7 pagi, terjadi kecelakaan hebat dua kereta api di tikungan Ratu Jaya, Kota Depok. Kecelakaan ini diakibatkan karena adanya salah informasi antara petugas di Stasiun Depok Lama dengan petugas di Stasiun Citayam.
Baca Juga: Film Bertema Mental Illness Yang Tak Kalah Keren Dari Joker
Sebanyak 8 Gerbong kereta diberangkatkan oleh petugas Stasiun Depok Lama, tanpa memberi tanda aman kepada petugas di Stasiun Citayam, yang juga memberangkatkan kereta dari Bogor.
Sebanyak 20 Orang dikabarkan meninggal dalam kecelakaan itu sementara sekitar 100 orang mengalami luka-luka.
Saat itu jalur rel kereta masih menggunakan jalur tunggal, sehingga juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Namun kini, jalur rel kereta Jakarta-Bogor sudah menjadi jalur ganda dan angka kecelakaan pun bisa ditekan.
3. Tragedi Trowek 1995
Peristiwa kecelakaan kereta maut juga terjadi di daerah Trowek, Tasikmalaya yang sekarang berada di sekitar Stasiun Cirahayu.
Kejadian bermula karena Kereta Api Galuh yang mengalami kendala, digabung dengan Kereta Api Kahuripan. Penggabungan ini menjadikan 2 Lokomotif dan 13 gerbong kereta, yang menuju Stasiun Trowek (Cirahayu).
Baca Juga: Operasi Babylift: Misi Evakuasi Massal Anak-Anak Yatim Perang Vietnam
Kondisi dataran yang berada di areal pegunungan, membuat jalur kereta api naik turun. Saat hendak melintasi Jembatan Trowek yang curam dan menikung, kereta mengalami rem blong.
Alhasil kereta yang sarat penumpang itu meluncur tak terkendali dan akhirnya terguling dan jatuh ke jurang di mulut jembatan.
Empat rangkaian kereta terperosok ke jurang di sisi kanan jembatan, sementara sebagian gerbong masih berada di atas rel.
Penumpang yang panik mencoba meloncat dari jendela, namun mereka tidak tahu jika di bawahnya adalah jurang setinggi 10 meter. Akibatnya, 15 orang dikabarkan meninggal dunia dan 90 orang mengalami luka-luka.
4. Kecelakaan Kereta Api di Purwodadi 2006
Kecelakaan kereta api diakibatkan oleh kelalaian petugas stasiun yang memberangkatkan kereta, kembali terjadi dan memakan korban.
Kejadian terjadi di sekitar Stasiun Gubug, Purwodadi, Jawa Tengah pada pertengahan April 2006. 14 Orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga: 11 Letusan Gunung Berapi Paling Dahsyat Dalam Sejarah
Kedua kereta api yakni KA Kertajaya yang dimasinisi Nurhadi, bertabrakan dengan KA Sembrani yang dimasinisi Muhadi, pukul 02.15 dini hari. Kejadian berawal saat KA Kertajaya berhenti selama 20 menit untuk memberi jalan kepada KA Gumarang yang melintas.
Namun baru 15 menit menunggu, KA Kertajaya buru-buru berangkat, padahal seharusnya masih ada KA Sembrani yang lewat.
Akibatnya lokomotif KA Sembrani menabrak KA Kertajaya dan akibatnya lokomotif KA Sembrani terputus dan terlempar sejauh 5 meter dan tercebur ke sawah.
5. KRL Tabrak Truk Pertamina dan Meledak
KRL Commuter Line menabrak sebuah truk milik Pertamina yang mengangkut bahan bakar di perlintasan kereta Pondok Betung.
Kecelakaan terjadi pada Senin pagi, 9 Desember 2013 dan penyebabnya karena adanya kesalahan teknis. Palang pintu di perlintasan kereta Pondok Betung tidak berfungsi dengan semestinya.
Baca Juga: 7 Jembatan Dengan View Paling Spektakuler Di Dunia
Awalnya, KRL dengan nomor 1131 jurusan Serpong Tanah Abang mengalami keterlambatan keberangkatan, karena ACnya rusak dan diperbaiki dan mulai berangkat pukul 11.01. Sementara di perlintasan Pondok Betung lewatlah truk milik Pertamina yang mengangkut premium 24 ribu liter.
Karena tidak sesuai jadwal, petugas palang menganggap kereta batal lewat. Namun baru saja truk melintas, muncul kereta api 1131.
Petugas perlintasan langsung mengibarkan bendera merah. KRL gagal melakukan pengereman mendadak dan kemudian menabrak truk hingga menimbulkan beberapa ledakan dahsyat.
Jika melihat sejumlah kecelakaan kereta yang terjadi, mayoritas kejadian dikarenakan human error dan beberapa lainnya karena kondisi dan fasilitas yang tidak memadai.
Baca Juga: Korean Wave dan Peningkatan Perekonomian Korea Selatan
Akan tetapi, pihak KAI terus melakukan evaluasi dan perbaikan dan sejauh ini mampu meminimalisir kejadian kecelakaan kereta api yang lebih parah.