Cara CIA Hancurkan Negara Lain yang Tidak Pro Amerika – CIA atau Central Intelligence Agency merupakan badan intelijen milik Amerika Serikat yang dibentuk pada September 1947.
Sebagai badan intelijen, CIA memiliki peran utama yakni untuk mengumpulkan informasi, mengawasi dan mengeksekusi berbagai hal terkait dengan kebijakan serta hubungan luar negeri Amerika.
Dalam perjalanannya, CIA menjadi senjata intelijen Amerika Serikat yang ampuh. Banyak sekali tindakan yang dilakukan oleh CIA berpengaruh besar terhadap sebuah negara.
Tak hanya untuk menjaga keamanan negeri Paman Sam, tetapi juga untuk menyerang sebuah negara yang dianggap sebagai “musuh” ataupun kompetitor Amerika.
Kembali lagi, segala hal tersebut selalu demi kepentingan pemerintah dan perusahaan Amerika.
Tak pelak, dampak yang dihasilkan dari tindakan CIA ini menimbulkan kecurigaan negara-negara dunia.
Baca Juga: Statistik Terkini Virus Corona di Indonesia dan Dunia
Sebab, tak hanya kehancuran sebuah negara, tetapi juga kejadian-kejadian besar yang memakan tidak sedikit korban jiwa. Bahkan CIA juga diduga terlibat dalam sejumlah konflik yang ada di Indonesia.
Berikut bagaimana cara-cara yang dilakukan CIA yang mempengaruhi gejolak di sebuah negara.
Cara CIA Hancurkan Negara Lain yang Tidak Pro Amerika
Membiayai Pihak Oposisi

Cara CIA hancurkan negara lain yang satu ini sebenarnya dianggap cukup umum. Dalam upayanya untuk menjatuhkan sebuah pemerintahan, CIA bekerja sama dengan pihak yang anti pemerintah di negara yang menjadi target.
Baca Juga: Luar Biasa Mahal! Inilah 20 Bangunan Dengan Biaya Termahal di Dunia
Dengan rapi dan melalui tangan-tangan agen mereka, CIA memberikan sokongan dana fantastis ke pihak oposisi untuk menggulingkan pemerintah yang sah.
Cara ini jadi yang paling mudah, murah, dan aman dengan sedikit melibatkan para agen CIA. Mereka tinggal memberikan modal baik dana maupun logistik ke oposisi.
Salah satu peristiwa yang menggunakan teknik ini adalah peristiwa Coup d’etat di Iran pada 1953. Pihak CIA mengakui keterlibatan anggotanya dalam peristiwa kudeta itu.
Pihak Amerika merilis sejumlah dokumen-dokumen penting terkait peristiwa itu 60 tahun berikutnya pasca kejadian.
Dalam rilisan itu, Amerika mengklaim CIA berada dibalik peristiwa penggulingan perdana menteri Iran terpilih, Mohammad Mosaddegh.
Amerika berkilah, langkah itu demi mengamankan kepentingan luar negeri mereka. Operasi itu bernama TPAJAX yang dibantu oleh intelijen pihak Inggris, M16, dengan sandi “Operasi Boot”.
Pembunuhan Tokoh Penting
Melakukan pembunuhan tokoh penting sebuah negara juga sering dilakukan oleh CIA. Pejabat atau tokoh penting sebuah negara yang anti Amerika, dibunuh untuk kemudian diganti oleh tokoh yang pro terhadap kepentingan Amerika.

Salah satu tokoh yang menjadi korban pembunuhan ini adalah Patrice Lumumba. Dia merupakan pemimpin anti-kolonial Afrika, yang membantu kemerdekaan Kongo dari jajahan Belgia.
Sepuluh minggu setelah dia dilantik menjadi perdana menteri pertama Kongo, dia dikudeta. Lumumba kemudian diasingkan dan dibunuh secara misterius pada Januari 1961.
Lumumba diduga dibunuh oleh pihak separatis dengan bantuan Belgia dan juga Amerika. Lumumba yang sering meminta bantuan kepada pihak Uni Soviet, dianggap menjadi duri bagi Amerika dan layak untuk dihilangkan.
Diketahui, Presiden Sukarno sempat mengabadikan nama Patrice Lumumba sebagai nama jalan di Jakarta Pusat, namun sekarang berubah menjadi Jalan Angkasa.
Pelumpuhan Ekonomi
Cara CIA hancurkan negara lain yang tidak pro Amerika selanjutnya adalah dengan menjatuhkan bahkan melumpuhkan perekonomian suatu negara.
Menjadi negara adidaya, Amerika mampu mengontrol tatanan dunia, salah satunya di bidang ekonomi. Untuk menjatuhkan negara yang mereka anggap tidak pro, Amerika memiliki kekuasaan untuk melakukan embargo.
Tujuannya, agar ekonomi sebuah negara menjadi lumpuh, dan kemudian negara itu akan mengalami krisis.

Contoh nyatanya yang mengalami “Economic Assassination” ini adalah Kuba. Amerika melakukan embargo perdagangan, ekonomi dan keuangan sejak tahun 1960 hingga sekarang.
Penyebab embargo ini adalah karena Kuba melakukan nasionalisasi sejumlah aset, yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan Amerika.
Presiden Nixon memerintahkan CIA dengan jargon “Make Chilenian Scream” untuk memanfaatkan dengan semaksimal mungkin embargo ini.
Kuba pun mengalami krisis, dan mengalami gejolak hingga akhirnya Presiden Allende dikudeta oleh jendralnya, Augusto Pinochet.
Tentu kudeta Pinochet ini mendapatkan dukungan dari pihak Amerika. Cara ini juga diterapkan kepada Indonesia, sehingga mengalami krisis pada tahun 1998, berujung lengsernya Suharto.
Cara CIA Hancurkan Negara Lain Dengan Menguasai Media

CIA akan melakukan pengambilalihan sebuah media, stasiun televisi dan radio dengan cara membelinya.
Baca Juga: 10 Penjahat Dunia yang Paling Terkenal Dalam Sejarah
Dengan menguasai media, CIA bisa dengan mudah melakukan penggiringan opini publik, hingga menjalankan berbagai kampanye anti pemerintah yang tidak pro dengan kebijakan Amerika Serikat.
CIA pernah membeli saham mayoritas koran Rome Daily American di Italia, untuk melancarkan propaganda anti komunis.
Sebab saat itu, pengaruh kiri sedang berkembang dengan pesat di Italia. Pembelian media cetak ini, menjadi bagian dari Operasi Mockingbird.
Di zaman modern ini, petinggi CIA menyatakan lebih gampang melakukan propaganda lewat media dengan memanfaatkan wartawan dan redakturnya.
Lebih murah, dibandingkan dengan membeli media tersebut. “Media Warfare” ini kini telah meluas ke internet dengan banyaknya berita dan isu hoax yang terkadang tidak diketahui siapa penyebarnya.
Membangun Kepanikan dan Chaos

Seringnya terjadi sebuah aksi unjuk rasa dan demo di suatu negara, merupakan bagian dari menciptakan kekacauan.
Baca Juga: Perang Gaib Gunung Tidar dan Awal Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa
Sejumlah aksi unjuk rasa atau demo itu terkadang diketahui mendapatkan pendanaan dari luar negeri. Seperti yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
Lebih menguatkan adanya peran pihak asing ini, biasanya para pendemo justru tidak tahu motif mereka untuk melakukan aksi unjuk rasa.
Seperti demo yang terjadi di Iran yang berujung dengan dikudetanya Mohammed Mossadeq. CIA menggelontorkan dana besar-besaran untuk memobilisasi aksi unjuk rasa secara besar-besaran.
Tak dipungkiri, jika demo yang terjadi di Indonesia belakangan ini ada campur tangan CIA. Sebab beberapa kasus, ditemukan juga aliran dana dari luar negeri.
Sejumlah operasi rahasia CIA di atas hanyalah sebagian kecil dari berbagai cara CIA hancurkan negara lain yang tidak pro Amerika.
Baca Juga: 7 Kisah Cinta Romantis nan Tragis yang Tercatat dalam Sejarah
Oleh karena itu, sebagai warga negara, kita hendaknya lebih jernih dalam berpikir jika ada kasus unjuk rasa atau tindakan yang terkesan melemahkan pemerintahan kita.
Sumber : Wikipedia, Mardigu Wowiek, The Guardian